Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

Esai 15 Menit

          Esai ini merupakan tulisan yang saya buat untuk memenuhi syarat wajib sebuah kegiatan yang pernah saya ikuti. Temanya adalah explain your self, meskipun tidak bagus-bagus sekali tapi lumayan lah bisa lolos penyisihan kesekian. :p                                                                       ****** “Explain Your Self” Disusun oleh: Luky Fitriani Kalau Rhenald Khasali pernah menulis generasi muda saat ini sering galau, saya pernah berada di dalam generasi  seperti ini. Generasi yang ketika saya duduk di bangku SMA masih bingung kuliah dimana dan ambil jurusan apa. Hingga pada akhirnya saya memutuskan mengikuti tes psikologi untuk menentukan minat dan bakat saya di dunia pekerjaan. Hasilnya adalah pekerjaan yang cocok untuk saya berdasarkan tes itu berupa perawat, guru, dan wartawan. Ternyata hasil tes ini tidak membuat saya lega, saya masih harus berjuang memilih jurusan kuliah mana yang kira kira tepat dari sekian banyaknya.  Sampai akhirnya  saya terhempas d
Bertemu Presiden Ketiga Indonesia: Rudy Obsesi ini muncul beberapa bulan yang lalu, entahlah this wish came in outta the blue. Tiba tiba saja ingin sekali bertemu dan mengabadikan satu foto bersama beliau, Bacharuddin Jusuf Habibie. Aneh saya rasa tidak, karena bahkan sejak kemunculannya di beberapa episode Mata Najwa saya selalu sukses menangis sekaligus termotivasi mendengar penuturan dan pengalamannya. Terlebih beberapa bulan yang lalu saya mendapat tugas membuat video tape “Gerakan Mencetak Sejuta Habibie” yang konon dirintis oleh salah satu alumni beasiswa Habibie, beasiswa yang popular ketika beliau masih menjabat  sebagai menristek di era orde baru. Beasiswa yang menjadi ambisi setiap siswa yang ingin sekolah jurusan teknik di luar negeri. Nah dari liputan VT itu lah saya semakin ingin untuk sekolah lagi, sekolah adalah salah satu hal yang paling saya sukai. Sekolah di mana pun, mau di luar negeri atau dalam negeri. Dari liputan itu saya paham mengapa si alumni ini i

Cerita di Ngalam: Perjalanan

Penyakit yang sering kumat ketika punya rencana nulis selepas pulang dari liburan itu adalah malas hehehe. Pertamanya sih semangat maksimal dan menggebu gebu namun hilang karena satu dan lain hal yang harus dikerjain duluan. Tapi better late than never right? ^^ Jadi awal Agustus kemarin saya dan beberapa kawan mengambil cuti dan pergi ke Malang dari tanggal 8 hingga 12 Agustus. Disebut backpacker sih gak juga karena kami memutuskan untuk tidak “nggembel” alias memakai budget minimal untuk ke sana. Misalnya saja untuk tiket pulang pergi naik kereta ke Malang kami memilih naik kereta kelas eksekutif dibanding kelas ekonomi. Kenapa? Bukan karena songong hanya saja beda harganya tipis. Untuk tiket kereta Malioboro ekspres eksekutif di harga 210.000 sedangkan ekonomi 175.000, karena mempertimbangkan kesehatan punggung dan kenyamanan badan jadilah kami pilih tiket yang eksekutif. Begitu juga dengan pulangnya kami memilih kereta dan tiket yang sama. Ini dia penampakan dalam keret
Pergi dan Dendam Beberapa hari yang lalu sekitar tanggal 19 sampai 25 Mei saya mendapat tugas liputan ke pulau paling barat Indonesia. Aceh dan Sumatera Utara menjadi tujuan selama seminggu ke depan.  Sebulan terakhir media diisi dengan headline mengenai terdamparnya imigran asal Bangladesh dan Myanmar di Indonesia dan negara sekitar. Saya pun tak sengaja mengunjungi sebuah penampungan pengungsi di daerah Aceh Tamiang. Tak banyak memang yang ditampung, bahkan daripada penampungan lain di Kuala Langsa maupun Lhoksukon, tempat ini bisa dibilang terbaik. 47 pengungsi menempati sebuah wisma SKB Karang Baru Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang. Sekitar 9 kamar tersedia untuk mereka termasuk makan, minum, dan kebutuhan lainnya. Petama kali datang saya langsung disambut dengan perdebatan kecil antara pria Bangla (sebutan untuk orang Bangladesh) dan pria Myanmar etnis Rohingya. Pria Bangla mengambil sabun batang yang diklaim sebagai milik pria Myanmar, seketika pertengkaran muncul. Pencuri

Jenis- jenis Orang Gengges

Ada beberapa golongan orang yang menurut saya annoying banget. Bukan karena sifatnya yang jahat, tapi kepekaan sama lingkungan yang kadang kurang. I call it lack of senses :p                                                                  ****** Pertama, orang yang pelitnya kebangetan. Apalagi kalau orang itu berjenis kelamin laki laki. Bukan pelit terhadap materi. Tapi pelit terhadap makanan. Waaaaaawwwww. Kalau dia minta makanan kita kasih aja kan, yaiyalah namanya juga temen, Tapi kadang pas dia punya makanan, kita bilang bagi dong... jawabnya sengak dan gak dibagi dooong! gimana gak kezeeelll. Tapi ujung ujungnya kita pasti bilang dan bersumpah, "LIAT AJA TAR KALAU GUE PUNYA MAKANAN KAGAK BAKAL GUE BAGI HAHAHA." Senyum iblis. Kenyataannya pasti heart will always take over the head . Tetep aja kita bagi. Kalau sampai kita gak bagi, kita sama dong sama orang gengges jenis pertama ini, ya ga? :p Kedua, orangnya baik sebenarnya dan gak pelit juga. Tapi kad

TOILET PEREMPUAN

Agak sedikit aneh ketika masuk toilet perempuan tapi yang bersihin cleaning servicenya seorang cowok. Biasanya toilet umum ini ada di lokasi lokasi yang justru sering banget dikunjungi banyak orang. Misalnya stasiun, nah pernah suatu hari saya sedang merapihkan jilbab saya di toilet perempuan. Karena merasa ruangan adalah khusus perempuan saya bukalah jilbab saya sembari merapihkan rambut rambut. Tiba tiba ada seorang pria masuk, refleks saya bilang dong kok main masuk masuk aja. Trus dia bilang dia mau bersihin toilet. Lah ini kan toilet cewek, harusnya yang jadi petugas kebersihan cewek juga kan? langsung saya bilangin tuh paling gak ngetuk dulu kek, kalau ada cewek yang lagi ganti baju atau mungkin yang lain gimana coba? Trus si petugas cowok bilang dia hanya petugas biasa aja. Iya bener sih, ah begini ni.. Akhirnya setelah saya merapihkan jilbab saya pergi ke customer service di stasiun itu, saya mengisi form kritik dan malahan saya bilang langsung ke mbak mbak cs nya. Iya iya aja

Evaluasi Malam Hari

Hari selasa di Minggu pertama bulan Februari. Sebuah pesan masuk ke grup wasap. Kira kira bunyinya seperti ini.... "Produser yang dapat 86 dari btn nanti menghadap saya... termasuk tim liputannya." Sebuah pesan singkat tapi cukup membuat tenggorokan tercekat, tangan gemetar sambil memegang telpon genggam. Dalam hati ... apalagi yang salah dengan liputan ini. *** Jadilah sehari kemudian di malam harinya... aku, produser pic yang memegang liputanku, dan bosnya duduk di sebuah ruang rapat di lantai 28. Sudah terasa tegang sejak awal karena jarang sekali bosnya bosku itu memanggilku. Terlebih secara personal seperti ini. Singkat cerita 15 menit awal aku melihat bosku diberondong kata kata oleh bosnya bosku dengan nada yang sangat tinggi. Cukup tinggi hingga aku merasa pantatku meloncat spersekian detik dari kursi. Bukan aku memang yang diberondong amarah. Tapi melihat pemandangan seperti ini membuat aku sedikit menciut. Padahal sesorean tadi aku berlatih menjawab dengan p