Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 250 juta jiwa memilki komponen masyarakat yang beragam, baik dari suku, karakteristik, budaya, hingga agama. Keberagaman ini memberikan corak tersendiri, namun juga berpotensi melahirkan benturan atau konflik. Menurut Karl Marx, konflik terjadi akibat adanya perbedaan kelas, serta ketidakseimbangan dalam masyarakat. Indonesia dengan kemajemukannya memiliki potensi konflik yang besar, terlebih jika konflik yang timbul dalam masyarakat melibatkan dua kelompok yang berbeda. Menurut The Fund for Peace (FFP) pada tahun 2017, Indonesia merupakan negara rentan konflik dengan indeks angka 74,9. Sejarah konflik horizontal di Indonesia pun tak sekali muncul untuk menguji kemajemukan, dimulai dari konflik antar suku Dayak dan Madura di Sampit pada tahun 1996, kerusuhan di Sambas, konflik antar agama di Ambon, kerusuhan di Sampang, dan yang paling menyita perhatian adalah konflik antara sebagian masyarakat muslim dengan mantan gubernur DKI Jakarta Basu
NGETRIP GAMPANG BARENG VIZITRIP Punya waktu luang tapi gak punya uang? Atau punya uang tapi gak ada waktu luang? Nah yang terakhir ini biasanya yang paling banyak dialami sama orang-orang di usia produktif. Ketika keinginan menjelajah nusantara dan dunia sedang membuncah pada puncaknya, namun apa daya waktu dan tenaga habis diserap untuk bekerja. Tidak dipungkiri memang bahwa liburan menjadi pilihan menjanjikan untuk melepas penat dan stress nya pikiran, terutama bagi pekerja di wilayah urban. Menurut tirto.id berdasarkan survei Harvard Business School , sekitar 94% profesional bekerja lebih dari lima puluh jam per minggu. Ini artinya mereka bekerja selama kurang lebih sepuluh jam setiap harinya. Belum termasuk lama perjalanan pulang pergi dari rumah ke kantor, meeting di luar, lembur, hingga aktivitas lainnya. Kalau dihitung, dalam satu bulan mereka menghabiskan sekitar 200 jam lebih untuk bekerja. Nah jadi inilah yang membuat liburan menjadi solusi tepat untuk melepas keje